Selasa, 10 Mei 2011

GADO – GADO FILSAFAT PART II


Gado-gado bagi masyarakat Indonesia pada umumnya merupakan salah satu makanan yang populer. Gado – gado sebagai makanan khas Indonesia sudah diakui kelezatannya, dari kalangan anak sampai dewasa, dari golongan atas sampai golongan kantong pas – pasan semua menyukainya. Ini berarti kedudukan gado – gado dalam hati para penggemarnya suli untuk tergantikan. Ngomong – ngomong tentang kedudukan, kedudukan filsafat bagi ilmu – ilmu yang lain juga berpengaruh. Hubungan antara ketiga pilar filsafat, yakni ontologi, epistimologi, dan aksiologi juga berpengaruh satu dengan yang lainnya. Ada Sembilan(9) hubungan antara ketiganya. Yakni diuraikan sebagai berikut, [1]Ontologi – ontologi, Ontologi yang lebih kita kenal dengan hakikat ternyata juga mempunyai hubungan dari ontologi atau hakekat yang lain, atau bisa kita katakan hakekat dari hakekat. Sebenar – benarnya hakekat adalah sang pencipta. [2]Ontologi - epistimologi, begitu juga dengan sebaliknya juga memiliki hubungan yang erat. Hakekat dari epistimologi, dimana epistimologi sering disebut dengan metode adalah metode untuk menggapai hakekat, seperti apa yang dituliskan Dagamer dalam bukunya yang berjudul “ Kebenaran Metode”.[3]Epistimologi – ontologi, merupakan kebalikan dari hakekat dari epistimologi yakni metode dalam menggali hakekat. Dimana metode dalam menggali hakekat adalah filsafat. Selanjutnya adalah hubungan dari [4]ontologi dan aksiologi, atau hakekat dari baik buruk. Dan kita semua sudah mengetahui bahwa hakekat baik buruk setiap orang berbeda tiap orang. Sedangkan kebalikannya adalah [5]aksiologi-antologi atau baik buruknya hakekat. Contohnya adalah misalkan kita berbicara tentang Allah, sebaiknya di masjid atau pada tempat yang suci, [6] epistimologi – epistimologi adalah metode dalam menggali metode. Hubungan berikutnya adalah [7] epistimologi – aksiologi, yakni metode yang beraksiologi. Tujuannya adalah mengungkap baik dan buruk. Misalnya dalam kasus terbunuhnya Osama bin Laden, bagi Amerika Osama bin Laden adalah tokoh teroris yang jahat, kejam dll, tetapi bagi para pengikut Osama, Osama bin Laden adalah tokoh yang baik, dll.[8] Aksiologi – epistimologi , yakni etikanya adalah cara. Dan yang terakhir adalah [9] Aksiologi – aksiologi, yakni tatacara atau baik buruknya tentang baik buruk. Contohnya adalah ritual resepsi pernikahan. Dimana maksud dari resepsi pernikahan adalah menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik. Demikianlah hubungan ketiga pilar dalam filsafat tersebut.

Ternyata membuat gado – gado dengan bumbu kacang yang lezat tidaklah sulit, ya segampang belajar filsafat. Dimana berpikir filsafat bebas menembus dimensi ruang dan waktu. Seperti apa yang diungkapkan Bapak Marsigit, belajar filsafat menjadikan kita berpikir kritis, mempunyai pemikiran yang menyebabkan selalu ingin bertanya. Tentu membutuhkan banyak referensi untuk belajar filsafat. Sekarang pertanyaannya adalah apa tidak bingung belajar dengan banyak referensi. Perlu diketahui bahwa referensi satu dengan yang lain saling berhubungan sehingga tidak akan membingungkan.

Kalau pada gado – gado, bumbu kacang memiliki peran tinggi karena kemantapan sepiring gado- gado terletak pada bumbu kacangnya. Jika dalam filsafat, bahasa mengambil andil besar dalam berfilsafat. Baru aku menyadari bahwa selama ini aku berfilsafat dengan bahasa, sehingga filsafatku adalah bahasaku. Dan baru aku menyadari bahwa bahasaku tidak bisa menjelaskan semuanya. Bahasa analog adalah bahasa yang penting dalam berfilsafat. Bahasa analog masih dipandang tinggi oleh masyarakat, sehingga sekarang digunakan commonsense atau bahasa sehari – hari dalam filsafat. Berbicara tentang bahasa, tentu sebagai hamba Allah, kita ingin mengungkapkan kebesaran Allah dengan menggunakan bahasa yang indah. Dengan menyebut namaNya lah, sudah merupakan bahasa paling indah.

Sering aku bayangkan kelezatan sepiring gado – gado saat cacing – cacing dalam perutku meraung – meraung meminta makan. Khayalanku terbang melayang menuju warung gado – gado favoritku, warung pojok. Padahal aku mengetahui berkhayal adalah berlogika tetapi tidak ada pengalaman dan hanya menyangkup separuh dunia saja. Sungguh aku tidak sadar. Karena aku tidak sadar berarti aku tidak berpikir. Dimanakah batas pikiran kita? Jawabnya tentu di dalam hatiku. Orang yang tidak membatasi batas pikirannya berarti dia tidak mempercayai adanya Tuhan. Kadang pikiran kita tak lepas dari jebakan para mitos. Apa itu mitos? Mitos dapat diartikan dalam arti primitif, arti luas, arti sempit, arti professional dsb. Contoh mitos dalam arti primitif adalah sering kita dengar nenek kita bicara “ awas pohon mangga itu ada yang nunggu”. Hingga kita yang mendengarnya tidak berani mendekati pohon mangga tersebut, padahal sebenarnya ada makna tersirat di dalamnya. Dan masih banyak lagi contoh mitos dalam kehidupan sehari- hari dalam pengertian yang lebih luas. Berpikir diawali dengan kesadaran, kemudian kesadaran diikuti tentang artinya sadar tentang hal apa. Misal sadar tentang hal makan gado – gado. Jika sadar keluar dinamakan berkhayal , sedangkan jika sadar ke dalam artinya berfilsafat. Bermimpi juga keluar dari kesadaran kita. Mungkin pernah terbesit dalam lamunan kita, apakah ada mimpi di dalam mimpi dan di dalam mimpi ada mimpi lagi. Teorinya dalam matematika hal ini disebut dengan “infinit regress”. Seperti yang pernah dijelaskan oleh Bapak Marsigit, infinit regress adalah kesadaran tentang kesadaran tentang kesadaran tentang kesadaran.....tentang kesadaran….ataupun ketika akan mendefinisikan “adalah”. Adalah adalah adalah adalah adalah adalah adalah adalah……

Demikianlah kelezatan gado – gado filsafat yang berpengaruh terhadap ilmu – ilmu yang lain. Seperti kelezatan sepiring gado – gado yang bisa menghipnotis para penggemarnya.

1 komentar: